Bagi masyarkat umum puasa hanya memiliki makna sebagai bagian dari cara untuk memperoleh kepuasan sehingga tidak banyak umat Hindu yang melakukan puasa secara rutin. Padahal di dalam Veda sudah dijelaskan cara untuk berpuasa dan maknanya. Berikut saya akan bahas kenapa dan bagaimana berpuasa yang baik menurut Veda.
Kitab suci Veda sebenarnya memiliki banyak aturan-aturan yang membahas tentang puasa dan jenis-jenisnya. Puasa tidak hanya sekedar latihan pengendalian diri, tetapi juga ditujukan untuk memperingati momen-momen tertentu. Bahkan menurut beberapa sumber, pada dasarnya puasa menurut Veda juga menghasilkan phala (buah perbuatan) tertentu yang meskipun dalam banyak sloka-sloka Veda selalu ditegaskan bahwa kita tidak boleh terikat pada hasil tersebut.
Salah satu hari untuk melakukan puasa yang paling dikenal dan diterapkan oleh pemeluk Veda di seluruh dunia adalah puasa Ekadasi. Ekadasi berasal dari kata Eka dan Dasi. Eka berarti satu dan Dasa/dasi berarti sepuluh.
Ekadasi adalah puasa yang sangat keramat dilaksanakan pada hari ke sebelas dihitung mulai dari sehari setelah bulan purnama atau bulan mati sebagai hari yang pertama dan lusa dihitung sebagai hari yang ke dua dan seterusnya hingga hari ke sebelas. Pada hari ke sebelas ini umat Hindu dianjurkan untuk melakukan puasa Ekadasi karena dikatakan puasa ekadasi ini bila dilaksanakan secara teratur akan dapat menghilangkan semua dosa dan kebodohan dalam diri manusia sekaligus merubah nasib hidupnya, bahkan dapat meningkatkan kekuatan batin, hingga ke tingkat yang paling tinggi yakni tingkatan bhakti kepada Tuhan.
Menurut Candrawati dalam bukunya yang berjudul “Ekadasi bimbingan rohani Hindu dalam berpuasa”, puasa Ekadasi sendiri terdiri dari 26 jenis. Adapun jenis-jenis puasa Ekadasi tersebut antara lain; Utpanna, Moksada, Saphala, Putrada, Sat-tila, Jaya, Vijaya, Amalaki, Papamocani, Kamada, Varutini, Mohini, Apara, Nirjala, Yogini, Padma, Kamika, Putrada, Aja, Parivartini, Indira, Papangkusa, Rama, Haribodini, Padmini, dan Parama.
Untuk melaksanakan puasa Ekadasi bisa dilakukan mulai jam 00.00 dan baru berakhir pada hari berikutnya kira-kira setelah sembahyang pagi saat Brahma Muhurta yang waktunya tidak tentu dan sesuai dengan perhitungan Jyotisa (Astronomi Veda).
Jadi waktu puasa Ekadasi rata-rata adalah 30 jam lebih. Bagi mereka yang tidak kuat menahan lapar atau mungkin karena alasan tertentu dapat melakukan puasa Ekadasi dengan berpantang memakan biji-bijian. Jadi hanya dapat memakan buah-buahan atau umbi-umbian.
Namun pada saat Nirjala Ekadasi, semua penganut Veda dianjurkan untuk melakukan puasa total, tidak makan dan minum sama sekali. Dalam satu bulan terdapat 2 hari Ekadasi dan juga 1 atau 2 jadwal puasa selain Ekadasi dalam rangka memperingati kemunculan Avatara, Rsi/guru kerohanian, atau even-even yang lainnya.
Jadi paling tidak umat Hindu seharusnya melakukan puasa paling tidak 3 kali dalam satu bulan. Ternyata aturan ini juga terdapat dalam salah satu hadis umat muslim yang menyatakan “Siapa yang berpuasa tiga hari setiap bulan, maka itu sama dengan puasa dahr (puasa sepanjang tahun)”. Puasa secara teratur 2-4 kali sebulan ternyata memberikan efek yang sangat positif bagi kesehatan tubuh manusia. Karena sel tubuh selalu mengalami siklus pembelahan dan regenerasi, maka puasa yang teratur dapat membantu menghilangkan sel-sel yang rusak dan lemah di dalam tubuh.
Sel-sel rusak akan “termakan” dan dirubah menjadi sumber energi disaat tidak adanya asupan energi dari makanan. Sehingga dengan adanya regenerasi yang baik pada sel-sel dalam tubuh kita, maka kemungkinan adanya risiko tumbuhnya sel tumor atau kanker dapat ditekan. Puasa yang teratur 2-4 kali dalam sebulan juga dapat menekan mal-Kolesterol di dalam tubuh, sehingga kemungkinan munculnya penyakit jantung koroner dan struk akibat penyempitan pembuluh darah, pembengkakan jantung dan otak dapat dikurangi.
Selain itu masih terdapat banyak hasil-hasil penelitian secara ilmiah yang telah mengungkapkan manfaat puasa secara teratur ini. Dengan melakukan aturan puasa ini, anda akan mendapatkan manfaat rohani sebagaimana yang dijelaskan dalam buku yang saya kutip di atas dan sekaligus mendapatkan tubuh yang sehat.
Jadi, kenapa kita tidak mencoba menerapkan puasa Ekadasi ini secara teratur dari sekarang? Ketika akan mulai berpuasa sucikan dahulu badan dan rohani dengan upacara majaya-jaya (jika dipimpin pandita) atau maprayascita jika dilakukan sendiri. Setelah itu haturkan banten tegteg daksina peras ajuman untuk menstanakan Hyang Widhi yang dimohon menyaksikan puasa kita.
Ucapkan mantram:
Om Trayambakan ya jamahe sugandim pushti wardanam,
urwaru kam jwa bandanat, mrityor muksya mamritat,
Om ayu werdi yasa werdi, werdi pradnyan suka sriam,
dharma santana werdisyat santute sapta werdayah,
Om yawan meraustitho dewam yawad gangga mahitale candrarko gagane yawat,
tawad wa wiyayi bhawet.
Om dirgayuastu tatastu astu,
Om awignamastu tatastu astu,
Om subhamastu tatastu astu,
Om sukham bawantu,
Om sriam bawantu,
Om purnam bawantu,
Om ksama sampurna ya namah,
Om hrang hring sah parama siwa aditya ya namah swaha.
Terjemahannya,
"Ya, Hyang Widhi, hamba memuja-Mu, hindarkanlah hamba dari perbuatan dosa dan bebaskanlah hamba dari marabahaya dan maut karena hanya kepada-Mu-lah hamba pasrahkan kehidupan ini, tiada yang lain.
Semoga Hyang Widhi melimpahkan kebaikan, umur panjang, kepandaian, kesenangan, kebahagiaan, jalan menuju dharma dan perolehan keturunan, semuanya adalah tujuh pertambahan.
Selama Iswara bersemayam di puncak Mahameru (selama Gunung Himalaya tegak berdiri), selama Sungai Gangga mengalir di dunia ini, selama matahari dan bulan berada di angkasa, semoga selama itu hamba sujud kepada-Mu, ya Hyang Widhi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar