ॐ नमः शिवाय

Selasa, 03 November 2015

Why I Am Still A Hindu (Mengapa Saya Masih Hindu) ?




Belakangan ini kita cukup senang mendengar banyak saudara kita yang kembali ke ajaran dharma, ajaran yang bersumber dari Veda. Mereka telah di Sudhi Wadani menjadi seorang Hindu. Namun, saking senangnya kita melihat hal tersebut, kita malah tidak menghiraukan adanya bahaya yang terus memepet posisi kita.

Di tempat lain, malah banyak saudara kita yang pindah agama karena berbagai alasan. Mereka yang lemah, yang haus akan spiritual, yang tidak puas dengan jawaban “nak mula keto”, yang ingin mencari kedamain dengan jalan rohani, yang terpuruk karena ekonomi dan disibukkan dengan ritual yang menelan banyak biaya, mulai didekati oleh para kaum misionaris-misionaris untuk menawarkan produk yang tidak jelas kualitasnya.

Betapa sedihnya hati melihat saudara kita meninggalkan ajaran sanatana dharma karena kasus konversi. Maraknya kasus konversi agama belakangan ini sungguh membuat kita bingung. Kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa agama diperjual-belikan? Apa yang melandasi saudara-saudara kita pindah agama? Apa benar agama Hindu itu sulit? Apa benar agama lain lebih baik dari Hindu? Apa ada yang salah dari agama Hindu? Banyak pertanyaan di otak kita yang terus bermunculan akibat kasus seperti ini.

Hal ini sesungguhnya menjadi PR bagi kita umat dan para tokoh Hindu. Mencari solusi atas permasalahan ini, agar umat Hindu tidak semakin berkurang karena konversi agama. Belum lagi karena kasus pernikahan beda agama, yang menjerat gadis ataupun pria Hindu untuk pindah agama mengikuti pasangannya.

Siapa yang salah? Mari kita berbenah dari sekarang. Mulailah menumbuh kembangkan sikap bangga terhadap Hindu, bangga terhadap ajaran dharma. Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan Hindu, karena dengan banyak membaca kita dari tidak tau menjadi tau, dari membaca kita bisa menjawab banyak pertanyaan yang orang lain dituduhkan ke agama kita. Dari banyak membaca kita bisa menjawab banyak pertanyaan yang ada dalam otak kita. Selain itu, banyak-banyak bertanyalah pada orang yang tau tentang bagaimana Hindu itu, seperti sulinggih, pemangku, serta tokoh agama.

Tanamkan sikap militan Hindu pada diri anda. Jika anda tau ada saudara kita yang terkena konversi, segeralah sadarkan. Selain itu, mari kita mulai tanamkan pendidikan Hindu sejak dini pada anak cucu kita. Dimulai dari pendidikan Hindu di keluarga, sekolah, masyarakat (melalui pasraman). Dengan mengajarkan pendidikan Hindu sejak dini, diharapkan kita bisa memiliki benteng iman yang kuat untuk menolak konversi agama.

Berikut saya lampirkan sebuah sharing dari saudara kita yang lama tinggal di Arab tentang bahwa Dia tetap Hindu walau hidupnya sebagian besar bergaul dengan agama Islam. Dari sharing saudara kita ini, saya berharap saudara-saudaraku sedharma bisa mencontoh sikapnya yang smakin mantap di jalan dharma menjadi sorang Hindu.

Namanya “Made K. Kurniawan“, cerita ini nyata, bukan sebuah rekayasa yang saya buat sendiri. Selamat menyimak.
Suksma.
Om Santih Santih Santih Om.

Why I Am Still A Hindu (Mengapa Saya Masih Hindu) ?
Aum Svastiastu,
Saya ada cerita sedikit tentang pengalaman saya waktu baru beberapa hari tiba di Kuwait.

Pada sebuah kesempatan, salah seorang teman baik muslim dari Indonesia bertanya, “Made, kamu sudah tahu banyak tentang Islam dan paham ajaran Islam tapi kenapa kamu masih Hindu?

Pertanyaan sensitif yang perlu jawaban extra hati2 karena saya satu2nya orang yang berasal dari Bali dan beragama Hindu di negara arab (kandang Islam). Salah2 saya bisa pulang tinggal nama.

Dia bertanya demikian setelah saya menceritakan latar belakang saya yaitu orang bali yang lahir dan besar di lingkungan muslim di Lampung dan ikut pelajaran agama islam dari SD sampai perguruan tinggi. Saya juga menceritakan pengalaman saya ketika kecil saya ikut teman2 sepermainan belajar mengaji (membaca quran) di sebuah surau ( Langgar ) dekat rumah saya tinggal. Tak pelak lingkungan yang demikian membuat saya fasih dan hafal surah2 utama dalam shalat khususnya surah Al-Fatiha.

Kebetulan yang bertanya ini adalah teman baik saya. Saya sering menginap dan makan di flat nya. Demi menjaga persahabatan dan tidak menyinggung perasaan dia, meskipun saya kritis terhadap Islam dan militan Hindu, saya hanya menjawab secara diplomatis, ‘mungkin saya belum mendapat hidayah dari Allah. Doakan saja supaya saya cepat mendapat hidayah dan segera masuk Islam. Insyalla, Allah Karim.’

Sambil tersenyum teman saya menimpali, ‘Bagus, Insyalla, Allah Karim.’

Setelah percakapan tsb, teman2 muslim yg lain memberi saya banyak buku2 referensi Islam dan bahkan ada yang menyarankan saya untuk meminta buku2 tentang Islam secara gratis di kantor Islam Presentation Committee ( IPC ) cabang Kuwait, sebuah organisasi syiar Islam yang memberikan informasi dan dakwah Islam secara gratis kepada para calon mualaf di Middle East.

Ya, saya memang sempat ke kantor IPC dan mendapat buku2 Islam gratis dan membacanya. Saya juga berdialog dan bertanya kepada teman2 muslim, ustad, mullah dari India, Pakistan, Bangladesh, Iran, Syria, Palestine, Jordania dll. Secara garis besar pandangan mereka dan umat muslim seluruh dunia tentang islam adalah sama yaitu Islam adalah satu2nya agama yg paling benar dan satu2nya paspor menuju surga karena memang demikianlah yg diajarkan oleh nabinya dan tercantum dalam kitab suci mereka.

Namun anehnya semakin byk saya membaca referensi Islam dan semakin byk yg saya ketahui tentang Islam khususnya riwayat Nabi Islam, justru saya malah semakin mantab memeluk Hindu. Tentu ini berbeda dengan kasus2 mualaf yang mengaku masuk Islam dan menjadi muslim setelah membaca dan mempelajari Islam.

Sekedar selingan, ada cerita menarik tentang teman saya dari Filipina yang sama2 bekerja di Kuwait. Dia pindah agama dari Kristen ke Islam. Kepada saya dia mengaku mempelajari islam selama kurang lebih 7 thn sebelum akhirnya memutuskan utk pindah menjadi muslimah. Saya tanya, “kamu tahu berapa jumlah isteri Nabi Muhammad?.” Dia jawab, tiga. Saya cuma tersenyum. Besoknya saya bawakan dia buku biografi Muhammad. Dia  hampir tidak percaya bahwa Muhammad beristrikan 12 orang (ini yg resmi) tdk termasuk gundik (concubine tawanan perang). Saya bilang ke dia, nurani dan akal sehat saya sulit menerima dan mengakui org semacam itu sbg org suci apalagi sebagai nabi (utusan tuhan). Dia cuma bisa senyum sambil menelan ludah pahit…

Kembali ke cerita saya semula. Di bawah ini adalah bbrp alasan saya pribadi mengapa sampai sekarang saya masih beragama Hindu dan selamanya akan tetap Hindu.

1.   Merenungi karakteristik ajaran Veda yang begitu profound dan inklusif, saya berpendapat bahwa ajaran Veda diterima oleh orang2 suci (enlightened seers) ) yang benar2 suci dan qualified dibidang spiritual dan bebas dari dominasi triguna. Para Rsi2 agung ini mengajarkan ajaran suci Veda kepada manusia dari generasi ke generasi tanpa dilandasi motif self interest atau political interest sebagaimana yg terjadi pada agama2 semitik.

2.   Kalau pada agama2 semitik sang nabi naik ke bukit dan memproklamirkan diri (self proclaim) di hadapan orang2 mengaku sebagai nabi utusan tuhan dan bisa menerima wahyu pada saat kapan dan dimana saja termasuk di kasur, sumur dan dapur. Sedangkan Rsi2 Veda mendapat dan menerima wahyu Veda pada saat menjalani laku dan disiplin spiritual yg ketat dan lama sehingga mencapai tahapan samadhi, sebuah fase manunggaling dg Paramatma sehingga bisa memahami rahasia alam semesta termasuk Tuhan dan mentransformasinya ke dalam bahasa dan tulisan manusia. Pada tradisi Veda justru orang2 (publik) yang haus akan pelajaran spiritual lah yg datang ke Rsi untuk belajar spiritual dan bukan Rsi yang secara aktif pergi kesana kemari mencari pengikut sebanyak2nya sebagaimana yg kita lihat pada tradisi agama2 abrahamik.

3.   Saya meyakini letak geografis sangat menentukan karakteristik ajaran sebuah agama. Mengapa ajaran agama abrahamik terkesan keras dan barbar tidak lain disebabkan karena faktor alamnya yg keras dan suhu panas yg ektrim di daerah gurun pasir arabia menentukan aspek emosional inhabitannya. Berbeda dengan alam India tempat para Rsi Agung bertapa dan menerima wahyu Veda yaitu alam pepohonan yg hijau, gunung, bukit yg hijau, sungai dg air yg jernih dan menyejukkan, maka ajaran Veda pun menyejukkan.

4.   Hanya di Hindu saya menemukan ajaran persaudaraan yg menyejukkan yaitu konsep persaudaraan universal yg dikenal dg Vasudaiva Kutumbakam, sebuah mahavakya yg mengakui bahwa umat manusia terlepas dari apapun latar belakangnya (suku, agama, bahasa, bangsa, budaya, tradisi, warna kulit) diseluruh dunia  bersaudara. Ini berbeda dg konsep agama semitik yang hanya mengakui org2 internal agamanya saja sbg saudara sedangkan org2 di luar agamanya sebagai musuh.

5.   Konsep Tuhan, Atman, Moksa, Reinkarnasi, Karma, Rta, Dharma (exclude the Puranas) bagi saya lebih appealing daripada konsep Tuhan, Surga, Neraka, Nabi, Pahala, Kiamat, alam kubur, hari pengadilan (judgement day) dan kebangkitan (resurrection) nya agama semitik. Note: I am not a big fan of Purana.

6.   Overall, kedalaman spiritual Veda lebih memuaskan kebutuhan spiritual saya ketimbang ajaran agama semitik yg dangkal dan kering. Bagi saya ajaran agama semitik hanya cocok utk anak2 TK (taman kanak2) dimana Tuhan bertindak seperti guru TK yg menakuti2 siswa dg hukuman jika tdk mengerjakan PR dan memberi hadiah jika mengerjakan PR.

7.   Nurani dan akal sehat saya menolak sifat2 Tuhan antropomorfik dalam ajaran agama2 semitik (pencemburu, pendendam, senang kalo disembah, marah dan murka kalau tdk disembah, bahkan yg lucu Tuhan menyesatkan manusia karena manusia menolak dan menentang nabinya).

8.   Nurani dan akal sehat saya menolak seseorang yg mengawini 12 wanita (blm termasuk gundik tawanan perang) sebagai org suci apalagi sebagai utusan tuhan, terlebih salah seorang isterinya adalah anak kecil umur 6 thn, anak ingusan yg blm paham bagaimana mengurus kerjaan di kasur, dapur dan sumur. Kualitas spt ini tentu sangat jauh dari kualifikasi org suci.

9.   Membaca biografi nabi Islam, artikel2 tulisan murtadin Anwar Shaikh (Islam: Arab Imperialism), the Nature of Prophethood, buku2 Ali Dasti, Ali Sina dll, saya mantab dan yakin akan kebenaran ajaran Veda.

10. Kebenaran ajaran Veda adalah ‘self-evident dan experential” dan bersumber serta berdasarkan pengalaman spiritual langsung org2 yg tercerahkan (come, see, learn and experience the truth)  dan bukan dogmatic yg berpusat pada satu orang nabi (listen and believe) yang mengeluarkan ayat semaunya kapan dan dimana saja termasuk saat di kasur, sumur dan dapur dan mengubah atau membatalkan ayat2 yg diterima sblmnya dg alasan ayat2 tsb datang dari bisikan setan dan bukan dari tuhan.. (hahaha.. what a joke….?
Aum santih, santih, santih Aum

Sumber :
https://pandejuliana.wordpress.com/2012/02/02/apa-yang-salah-dari-hindu-banggalah-anda-tetap-di-jalan-dharma/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar