ॐ नमः शिवाय

Selasa, 11 Agustus 2015

Pandangan Hindu Terhadap Atheis



Om avighnam astu
Atas wara nugraha Hyang Widhi,semoga tiada rintangan

Kitab Sarassamuscaya (terdiri dari 517 bait) adalah tuntunan bagi mereka yang sudah meliwati Grhasta Asrama(hidup berumah tangga), atau tepatnya sudah meningkat ke Wanaprasta Asrama (mejauhkan diri dari kesenangan duniawi,hiburan.dll), apalagi sudah menjadi Sanyasin/ Bhiksuka (orang suci,pertapa,Lansia.dll). walaupun demikian isi seloka/ayat-ayat bagian awal sesuai juga untuk kita (anak-anak,remaja dan dewasa) terutama yg membicarakan perihal:

Dasar dan Tujuan hidup ; Kelahiran sebagai manusia adalah kelahiran yg utama sehingga mampu merubah dari hal-hal yg buruk menjadi hal-hal yang baik untuk mencapai tujuan hidup yaitu kebahagian rohani (moksa) dan kebahagian jasmani(tercapainya keinginan dan kepuasan duniawi),sloka 8 sampai sloka 17

Keagungan Dharma; Dharma bagaikan cahaya matahari yg menghilangkan kegelapan dunia,  Dharma merupakan jalan untuk sampai ke sorga dan moksa (kembalinya Atman/roh kepada sumbernya yaitu Brahman/tuhan),sloka 18 sampai sloka 42

Sumber Dharma ; Veda sruti, Veda smerti dan Sistacara/meniru dari orang-orang bijaksana (orang suci), yaitu sloka 43 sampai sloka 46

Pelaksanaan Dharma ; Dharma/kebenaran adalah kekayaan yang tidak dapat dicuri, untuk mencapai tujuan hidup harus berlandaskan Dharma, kekayaan yang didapat tidak dengan berbuat dharma adalah kekayaan yang sia-sia,haram dll, sloka 47 sampai sloka 60

Catur Varna; Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra. sloka 61 sampai 78, kedudukan ini didapat berdasarkan profesi bukan berdasarkan keturunan. Catur varna diselewengkan menjadi kasta, padahal tidak ada satupun sloka veda yg menyebutkan kasta, yang ada adalah catur varna.

Trikaya Parisuda ; berpikir,berkata dan berbuat yg baik dan benar ,dijelaskan bahwa pikiranlah faktor utama dalam segala hal.sloka 79 sampai 99

Kemarahan ; kemarahan dikatakan sebagai sumber malapetaka, segala yadnya/korban suci akan sia-sia jika kemarahan tidak terkendali,d itekankan bahwa begitu perlu adanya kesabaran (ksamawan) dalam kehidupan sehari-hari. sloka 100 sampai 115

Orang Tanpa Kepercayaan (Nastika atau Atheis ala jaman kuno) sloka 116 sampai sloka 122

Nah untuk yang ini mari kita baca sloka-slokanya sebagai berikut:

Sarasamusscaya.116
Yang harus kita jauhkan ialah ketidakpercayaan akan dunia akhirat, ketidakpercayaan pada pahala dari  baik buruknya perbuatan(karma phala), mencela pustaka suci veda, memaki tuhan, iri  hati,suka memuji diri sendiri, angkara, pemarah, suka bicara menyinggung perasaan, suka mendengar  Yang  tidak patut didengar,semua itu patut dijauhkan dari pikiran.

Kelihatanya mudah memang, tetapi dalam prakteknya sulit sekali. tetapi  sebegitu sulitkah? Sepertinya tidaklah sesulit apa yang kita bayangkan asal ada kemauan seperti kemauan mencari kekayaan. Kenapa pada sloka diatas disuruh menjauhkan dari pikiran? sebab sumber  utama dalam menentukan sesuatu adalah pikiran, maka dari itu pikiran disebut Raja Indria (rajendrya)

Sarassamuscaya 117
Biarpun tidak percaya dengan dunia akhirat dan pahala baik buruknya perbuatan(karma phala), sedikit-sedikitnya lenyapkanlah juga perbuatan jahat,demikian tersebut dalam kitab agama, Meski  keterangan seorang  pendeta itu tidak seluruhnya benar,walaopun keterangan agama mengenai sorga dan neraka serta pahala perbuatan baik buruk itu menyimpang,tak ada celanya menuruti perkataan sang pendeta dan menjauhkan perbuatan jahat.demikian tersebut dalam kitab agama. Apabila ajaran agama mengenai  pahala perbuatan baik buruk itu benar, maka jika orang yang tidak percaya akan hal itu, waktu meninggal tentulah ia tenggelam di neraka.

Sekarang Kita hitung-hitungan ala modern karena kita hidup pada jaman modern,

1.  Jika keterangan pahala baik buruknya perbuatan dan adanya surga neraka benar maka;

Orang yang tidak percaya hukum karma dan surga neraka : Rugi
Orang  yang  percaya  hukum  karma  dan  surga  neraka   : Untung

2.   Jika keterangan pahala baik buruknya perbuatan dan adanya surga neraka salah maka;
Orang yang tidak percaya dan orang yang  percaya  hukum karma dan surga neraka :
sama-sama tidak rugi

Sekarang anda mau pilih yang mana? Namanya pilihan,, terkadang orang sudah tahu yang dia pilih rugi tetapi tetap dia pilih yang rugi beginilah kali yuga , jaman kemerosotan moral, seperti disebutkan didalam bawisya purana bahwa pada jaman kali “Orang buta di tuntun orang buta”

Note: Kali Yuga sudah mulai ribuan tahun yg lalu dan masih berlangsung ribuan tahun yg akan datang , Kali-Yuga adalah salah satu dari empat (catur) Yuga yang kondisi kehidupan manusianya paling buruk dan paling jelek akibat kegelapan spiritual. Keempat Yuga dimaksud adalah Satya-Yuga, Treta-Yuga, Dvapara-Yuga, dan Kali-Yuga.

Sarassamuscaya 118
Orang bijaksana sadar bahwa adanya alam sana atau sorga neraka itu tidak dapat dilihat dengan mata,tetapi karena sudah ada ajaran agama yang menentukan , maka kepercayaan kitapun teguhlah

Sarassamuscaya 119
Dan lagi kalau kita tidak mempercayai ajaran suci veda,tidak menuruti petunjuk-petunjuk perikebijakan (Dharmasastra) dan tidak menuruti suruhan agama,tentu setelah meninggal akan kembali menjelma dalam hidup kesengsaraan.

Yang dimaksud  veda disini jangan diartikan secara sempit, veda urat kata dari Vid : tahu, Veda : Pengetahuan (pengetahuan suci pen), jadi bukan hanya veda yang ada di agama hindu, bisa juga pengethuan suci masing-masing agama yang anda yakini. Begitu juga dengan perikebijakan (dharmasastara) dharmasastra yang dimaksud bukan hanya kitab undang-undang Manawa dharmasastra, Yajnavalkya smrti, Samkhalikhita smrti dan Parasara smrti melainkan kitab undang-undang Negara dimana kita berada seperti di Indonesia UUD 45, Perpu, PP, Undang-undang tindak pidana dll

Sarassamuscaya 120
Apabila ada orang yang tidak percaya kepada pahala baik buruknya perbuatan, melanggar suruhan agama, biar pun ia suka menerimamu, jauhilah ia, janganlah bergaul akrab denganya, sebab ia itu tidak berbeda keadaanya dengan angin kencang di tebing sungai, selalu menimbulkan kekhawatiran. Dan lagi ia seperti debu berterbangan yang kelihatanya halus tetapi kotor diliputi kecemaran

Biasanya orang yang tidak percaya akan sebab akibat baik buruknya perbuatan ,surga neraka akan berbuat semaunya dan menyenangkan diri dengan mengejar kepuasan duniawi yg bersifat sementara saja dan hanya mementingkan diri sendiri,menyakiti makluk hidup tanpa menaruh rasa cinta kasih terhadap makluk ciptaan Tuhan, menjadi duri didalam kehidupan bermasyarakat. “bagaikan debu berterbangan yang kelihatanya halus tetapi kotor diliputi kecemaran” . tujuan hidup sebagai manusia adalah merubah hal-hal yang buruk menjadi baik sehingga bisa mencapai kebahagian rohani (moksa) bukan merubah hal-hal yang baik menjadi buruk untuk mencapai kesengsaraan rohani (masuk neraka)

Sarassamuscaya 121
Sebenarnya orang yang tidak berkepercayaan (nastika/atheis) adalah orang yang tidak berusaha berbuat kegunaan, kebajikan  dan kebahagian jiwa , orang yang tidak menghargai ajaran agama atau nasehat guru-guru suci, orang yanng suka menyiksa dan membunuh, orang yang berkelakuan jahat. Orang demikian sama dengan berkeadaan mati

kebahagian jiwa artinya kebahagian atman (roh) didalam tubuh, kita hendaknya berusaha bebas dari kukungan badan kasar (seperti burung dalam sangkar) dengan berbuat kebajikan agar roh bisa bebas dari karma buruk sehingga roh terbebas (hidup kekal/kembali ke asal mula yaitu Brahman (tuhan)

berkeadaan mati sama dengan mayat hidup artinya orang yang hidup tiada berguna dalam kehidupan bermasyarakat karena perilaku jahat orang tersebut.

Sarassamuscaya 122
Adapun orang yang tak berkepercayaan itu hanyalah mementingkan keadaan badan-badan kasarnya saja yaitu dengan memperbanyak darah dan dagingnya, pekerjaan yang menguntungkan hanya pada waktu sekarang saja yang dikerjakanya, tetapi hal-hal yang berpahala sorga atau nirvana kelak dilalaikanya , tidak dihiraukanya sama sekali

Walaupun kita tahu berbuat baik sesuai aturan, percaya akan pahala sorga bukan berarti setiap kita berbuat selalu memikirkan atau menghitung pahala surga, itu salah besar . lakukanlah dengan ilklas, lakukan dengan senang hati sebagai kewajiban. Mungkin, seperti kita makan, minum, tidur dll

Mari kita simak sloka Bhagawad Gita yang menjelaskan kerja tanpa pamerih sebagai berikut;

Bhagavad-gita 2.48
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang,  lepaskanlahsegala ikatan  terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yoga.

Bhagavad-gita 2.49
Wahai Dhananjaya, jauhilah segala yang menjijikan melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Mha Esa. Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang pelit.

Bhagavad-gita 2.50
Orang yang menekuni bhakti membebaskan dirinya dari perbuatan yang baik dan buruk bahkan dalam kehidupan ini pun. Karena itu, berusahalah untuk yoga, ilmu segala pekerjaan.

Bhagavad-gita 2.51
Dengan menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti itu, resi-resi yang mulia dan penyembah-penyembah membebaskan diri dari hasil pekerjaan di dunia material. Dengan cara demikian mereka dibebaskan dari perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai keadaan di luar segala kesengsaraan  (dengan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa).
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Om shanti, shanti , shanti Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar